Advertisement

Minggu, 31 Januari 2016

Pulau tidung

Pulau Tidung
Sewa Elflong Pariwisata ke pulau tidung, pulau tidung mepakan salah satu bagian dari kepulauan seribu selatan dan terbagi dua menjadi pulau tidung besar dan pulau tidung kecil karena merupakan salah satu anggota kepulauan seribu tentunya sebuah Elflong Pariwisata tidak akan bisa mengantarkan anda hingga pulau tidung, tapi kami dari megatrans Indonesia siap mengakomodasi anda untuk berwisata ke pulau tidung dengan akomodasi kendaraan seperti sewa Bus Parwisata Murah, sewa Elflong pariwisata murah hingga muara angke disana anda melanjutkan perjalanan ke pulau tidung menggunakan kapal, tapi keindahan pulau ini sungguh suatu bukti kebesaran allah swt, keulauan seribu atau salah satunya pulau tidung terbentuk akibat endapan terumbu karang dan sisa hewan laut lainnya selama berjuta-juta tahun lamanya, menurut ilmu gelogi pembentukannya sangat sederhana dibandingkan pembentukan wilayah lainnya misalka, pulau jawa terbentuk akbat Susunan batuan dasar yang membentuk Pulau Jawa memiliki asal-usul dan umur yang berbeda satu dengan yang lainnya. Jawa bagian barat diperkirakan telah terbentuk pada akhir Zaman Kapur (145 hingga 65 juta tahun lalu) dan menjadi bagian dari Paparan Sunda (Sundaland Core), sementara Jawa bagian timur diyakini berasal pecahan kecil benua Australia (sejumlah peneliti menyebutnya sebagai East Java Microcontinent). Bagian timur ini diperkirakan mulai ‘menabrak’ dan bergabung dengan bagian barat sekitar 100-70 juta tahun yang lalu hingga menciptakan bentuk awal Pulau Jawa yang ada saat ini. Artinya, Pulau Jawa terbentuk dari gabungan dua lempeng benua dan bagian barat Pulau Jawa diyakini memiliki umur yang lebih tua dibanding bagian timurnya. Batas di antara kedua bagian ini tertandai dengan adanya sesar purba yang membentang dibawah Sungai Luk Ulo di Kebumen, Jawa Tengah, menyeberangi Laut Jawa dan berakhir di Pegunungan Meratus yang membelah Kalimantan Selatan. Saat ini, hanya ada tiga tempat yang memiliki rekam jejak sejarah kebumian dari masa awal terbentuknya Pulau Jawa, yaitu Teluk Ciletuh (Sukabumi, Jawa Barat), Karangsambung (Kebumen, Jawa Tengah) dan Bayat (Klaten, Jawa Tengah). Rekaman ini tersimpan dalam bentuk singkapan yang menampakkan batuan dasar tertua yang berumur hingga sekitar 96 juta tahun. Singkapan ini terjadi sebagai akibat dari proses tumbukan antar lempeng disertai dengan erosi yang berlangsung terus-menerus dalam rentang waktu yang sangat panjang, jutaan tahun lamanya. Dari masa ke masa, proses geologis berlangsung tanpa henti, menyusun beragam wujud muka bumi yang berbeda-beda. Proses pengendapan pertama diperkirakan terjadi antara 54 hingga 36 juta tahun lalu (Kala Eosen). Berbagai material terendapkan di cekungan-cekungan yang terbentuk akibat peregangan lempeng. Tersingkapnya batuan konglomerat, batugamping, batupasir serta batubara, menunjukkan ciri pengendapan sungai, danau dan laut dangkal yang terjadi saat itu. Pada masa berikutnya, ketika Pulau Jawa sudah mulai terbentuk dengan poros membujur arah barat dan timur, muncul tekanan dahsyat dari arah selatan. Perlahan namun pasti, lempeng samudera Indo-Australia yang bergerak ke arah utara ‘menabrak’ lempeng benua Eurasia dari sisi selatan pada zona yang berposisi sejajar dengan Pulau Jawa. Lempeng samudera yang memiliki densitas atau massa jenis yang lebih tinggi mengalami subduksi atau penunjaman. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi penyebab terbentuknya palung laut, pegunungan, serta aktifitas vulkanik yang memunculkan bentukan gunung berapi. Sebagian material lempeng samudera Indo-Australia mengalami pelelehan, mencair menjadi magma dan menciptakan jalur vulkanik dalam posisi sejajar dengan poros panjang Pulau Jawa. Inilah kelanjutan peristiwa yang menjadi bagian penting dari rangkaian sejarah terbentuknya Pulau Jawa, ditandai dengan mulai terbentuk gugusan gunung api purba sebagai jalur vulkanik yang berjajar di bagian selatan dan menjadi tulang punggung Pulau Jawa jutaan tahun yang lalu. Menarik untuk dicatat, dalam kurun waktu antara 36 hingga 10,2 juta tahun lalu ini (Kala Oligosen Akhir hingga Kala Miosen Awal), pada gugusan gunung api purba di Pulau Jawa ini, diperkirakan telah terjadi rangkaian peristiwa vulkanisme yang teramat dahsyat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penemuan singkapan lapisan batuan piroklastik serta ditemukannya batupasir vulkanik yang sangat tebal sebagai hasil erupsi gunung berapi purba. Berdasarkan bukti-bukti geologis yang ditemukan di sekitarnya, setidaknya telah dikenali dua gunung api purba yang di kalangan ahli geologi dinamai berdasarkan lokasi penemuan bukti-bukti geologisnya, bukan berdasarkan letak titik pusat aktifitas vulkaniknya. Kedua gunung api itu adalah Gunung Api Purba Semilir dan Gunung Api Purba Nglanggeran. Inilah masa-masa dimana gunung api purba mengalami kejayaannya di Pulau Jawa. Namun pada kisaran 16 hingga 2 juta tahun yang lalu (Kala Miosen Tengah hingga Pliosen Akhir) kegiatan magmatisme di gugusan gunung api purba ini mulai jauh berkurang. Saat itu, situasi di sebagian besar Pulau Jawa masih berada dalam genangan laut dengan kehidupan biotanya yang berkembang dengan baik. Daerah pegunungan selatan merupakan daerah laut dangkal dengan airnya yang cenderung tenang, jernih, memiliki sumber makanan yang memadai, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup. Kondisi ini memungkinkan terbentuknya koloni koral atau kompleks terumbu yang sangat luas serta berkembang biaknya biota laut, seperti plankton, moluska, algae dan masih banyak lagi. Fakta ini terekam dengan baik dan dapat diamati pada ragam singkapan batugamping yang sangat tebal dan meluas di sepanjang sisi selatan dan sisi utara Pulau Jawa saat ini. Pada kisaran 12 juta tahun yang lalu (Kala Miosen Tengah), mulailah terjadi pelandaian kemiringan penunjaman lempeng samudera Indo-Australia, sehingga proses pelelehan yang menghasilkan magma ikut bergeser ke arah utara. Proses ini terus berlanjut sampai sekitar 1,8 juta hingga 11.500 tahun yang lalu (Kala Pleistosen) dan masih tetap berlanjut hingga saat ini (Kala Holosen), meninggalkan gugusan gunung api purba yang telah terbentuk sebelumnya di sisi selatan Pulau Jawa. Pergeseran jalur vulkanik yang mencapai jarak sekitar 50 hingga 100 kilometer ke arah utara ini, secara otomatis telah menonaktifkan semua gunung berapi purba, karena suplai magma hasil pelelehan di bawah permukaan bumi telah bergeser ke utara. Aktifitasnya gunung api purba seperti Nglanggeran, Semilir dan kemungkinan pusat-pusat erupsi lainnya, berangsur-angsur mulai turun, bahkan bisa dikatakan nyaris tak bersisa lagi. Kondisi Pulau Jawa pun menjadi relatif stabil, meskipun kegiatan magmatisme tetap ‘terpelihara’ oleh alam, bergeser ke sebelah utara. Tidak selamanya gunungapi itu hidup dan aktif, ada masa-masanya sebuah gunung api itu lahir, aktif akhirnya tertidur pulas dan mati. Secara mudah penjelasan diatas dapat digambarkan seperti dibawah ini. Pengendapan delta, sungai dan laut dangkal diatas Pulau Jawa menjadi proses alamiah yang telah berlangsung dalam kurun waktu antara 25,2 hingga 5,2 juta tahun silam. Penurunan muka air laut terjadi secara berangsur-angsur, mengiringi pengendapan-pengendapan material di daratan dan tepi laut. Pada saat yang sama, lempeng samudera Indo-Australia pun terus bergerak menekan lempeng benua Eurasia. Sebagai akibatnya, perlahan namun pasti, pegunungan selatan Pulau Jawa mulai mengalami pengangkatan, sehingga daerah-daerah yang dahulunya berupa lingkungan laut dangkal, sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi daratan, bahkan sebagian diantaranya berubah menjadi perbukitan. Proses pembentukan berikut pusat aktifitas gunung api pun terus bertumbuh, beriringan dengan pengangkatan, pemiringan, erosi serta pertumbuhan terumbu secara ekstensif yang mungkin bahkan masih berlangsung hingga saat ini. Rangkaian peristiwa alam ini terus berlanjut dalam rentang jutaan tahun lamanya, hingga mencapai bentukan sempurna Pulau Jawa sebagaimana penampakannya di saat ini, dengan gugusan gunung berapi ‘muda’ di bagian tengahnya. Jadi kalau kita bandingkan proses pembentukan keduanya sunguh sangat jauh berbeda tapi allah swt membuat keduanya sempurna untuk kita nikmati
Pulau Tidung

Jumat, 29 Januari 2016

Gunung Tangkuban Parahu


Sewa Bus Pariwisata Bandung

Sewa Bus Pariwisata ke Kota Bandung (Bandoeng) Murah meriah Sekaligus menelusuri fakta unik terbentuk nya si Kota Kembang, dengan membeli layanan Sewa Bus Pariwisata Murah dari Megatrans Indonesia, mau tau dulu Bandung (Bandoeng) itu sebuah danau dan kalau kita bayangkan Bandung (Bandoeng) masih danau kita ga akan bias pake sewa bus pariwisata murah dari megatrans Indonesia, na pertanyaannya kenapa Bandung (Bandoeng) sekarang bukan danau, karena e karena sangkuriang patah hati alias galau (catatan “galau sickness” bisa menjangkit siapa aja dan ga pandang bulu walaupun tu orang sakti mandraguna tetap aja bisa galau) lets keep going emang agka ga nyambung sih tapi si sangkuriang ini galau merupakan kiasan sebuah fakta, nah lo kenapa harus pake dongeng kalo itu fakta, well maybe its just some conclusion refers to human behavior, cie paka basa inggris segala, maklum baru kesambang setan bule. Ok gini bedtime stories tuh lebih mudah di inget dan lebih mudah ditularkan, what the fuck you thinking about, lu piker penyakit, bukan lah tapi itu fakta kalo dongeng tuh lebih gampang nular, liat aja ibu ibu rempong kalo beli sayuran sambil ngegosipkan dan itu terus aja nyebar ampe sekampung na itu dia kan jadi kebiasaan manusia itu suka cerita dan kalo menarik dan melayang-layang diangkasa kaya sinetron-sinetron udah deh, apalagi ibu-ibu m***tnya dua kaya burung kakatua doyannya  sewa bus pariwisata di megatrans Indonesia, terus sebelum naek bis bilang”rumpiess yu jengg” beh ini nih kayanya kalo ada bus pariwisata yang seatnya lesehan terus ada onde onde, sirup, kacang goreng, and blab la blab la terus supir ama kenek bis nya nyiapin gelas tutup pake kertas terus dibolongin segede sedotan, isi aja kertas kecil ke risoles udah langsung “arisan yu jeng” yang menang di K**s ama pa supir berkumis baplang kek pa raden, namanya bapa asep kalo di megatrans Indonesia ups udah ntar kelewatan yang posting ntar dikejar para suami tu ibu ibu ok just kidding bau gading. Ko gua panas ya mo posting ini
Ok mari mari ibu2 arisan, ibu2 rumpies sini beli layanan sewa bus pariwisata murah di megatans Indonesia ada DISKON BESAR BESARAN SEBESAR 50% x 0 CIAHAAHAA KITE jalan jalan ke gunung tangkuban perahu yang ga di sangka dang a dinyana ni gunung punya sodara, bapa, ama kakek nahlo ibu ama nenek nya mana! Mana aja boleh, ga gitu juga sih bias dibilang ibu nya tu litosfer Indonesia (ups bacanya Ibu Pertiwa Tercinta ya kalo kalian emang anak Indonesia) kalo aku sih anak Ibu Bapa KU, ok banyak bacot ni yang Posting, oi itu kan gua sendiri, nah back to the topic jadi gini anak anak kek guru SD aja ya, gunung tangkuban perahu tu berawal dari ………………….. once upon a time.
Di utara Bandung (Bandoeng), di tempat Gunung Tangkubanparahu sekarang, terdapat gunung api raksasa. Gunung Jayagiri, namanya. Gunung ini kemudian meledak dahsyat hingga mengambrukkan tubuhnya membentuk kaldera, kawah yang sangat luas. Dari sisi kaldera Jayagiri ini tumbuh gunung baru, yaitu Gunung Sunda. Letusan maha dahsyat Gunung Sunda telah mengambrukkan tubuhnya membentuk kaldera. Dari kaldera Gunung Sunda inilah Gunung Tangkubanpararahu terbentuk. Sampai sekarang, cucu Gunung Jayagiri ini terus memperlihatkan aktivitasnya, membentuk dirinya mengikuti jejak alam leluhurnya.
Sewa Elf Long Pariwisata
Komplek Kaldera Gunung Sunda dan Gunung Tangkubanparahu menyimpan sejarah bumi yang sangat panjang. Gunung ini mempunyai daya pikat dan pesona yang luar biasa, sehingga terus mendapat perhatian.Kawasan ini bukan hanya memiliki keragaman bumi, melainkan juga keragaman hayati, baik flora maupun faunanya. Macan tutul (Panthera pardus sondaicus) yang menjadi simbol fauna Jawa Barat pun masih terdapat di sana.
Mochamad Nugraha Kartadinata (MNK, 2005) telah mengaji secara mendalam Gunung Tangkubanparahu dan Gunung Sunda. Data hasil kajianya dijadikan dasar dalam tulisan ini.
Gunung Sunda (1.854 m.dpl.) yang terdapat dalam peta, itu hanyalah kerucut kecil dalam rangkaian panjang kaldera Gunung Sunda. Gunung Sunda yang sebenarnya dibangun dengan dasar gunung selebar 20 km. lebih, dengan ketinggian ± 4.000 m.dpl. Sangat mungkin tinggi sesungguhnya lebih dari taksiran itu, sebab, pada umumnya sebuah gunung yang meletus hingga membentuk kaldera, menghancurkan dua per tiga tubuh gunungnya. Kalau saat ini titik tertinggi dari kaldera Gunung Sunda adalah 2.080 m.dpl., artinya, tinggi gunung tersebut hanyalah satu per tiga bagian dari Gunung Sunda.
Sebelum Gunung Sunda terbangun, di sana terdapat Gunung Jayagiri. Letusan-letusan pertamanya mengalirkan lava, yang terjadi dalam rentang waktu antara 560.000-500.000 tahun yang lalu. Kemudian letusan-letusan yang mengambrukkan badan gunung ini hingga membentuk kaldera.
Tiga abad kemudian, dari dalam kaldera itu terjadi letusan yang membangun gunung baru, yaitu Gunung Sunda. Letusan dahsyat Gunung Sunda oleh MNK dibagi menjadi tiga episode letusan utama.
Episode pertama berupa letusan-letusan yang mengalirkan lava, terjadi antara 210.000-128.000 tahun yang lalu. Episode kedua, terjadi 13 unit letusan, dalam satu unit letusan dapat terjadi lebih dari satu kali letusan besar. Episode ketiga berupa letusan-letusan yang mengambrukkan badan gunung ini hingga membentuk kaldera, yang terjadi ±105.000 tahun yang lalu.
Episode ketiga letusan Gunung Sunda dibagi lagi menjadi tiga fase letusan: Pertama fase plinian, letusan dengan tekanan gas yang sangat tinggi, melontarkan material sebanyak 1,96 km3 ke angkasa, membentuk tiang letusan setinggi 20 km dengan payung letusan sepanjang 17,5 km dan lebarnya 7 km.
Kedua fase freatomagmatik, letusan yang melontarkan awan debu dengan butiran-butiran kerikil gunungapi, volumenya 1,71 km3.
Ketiga fase ignimbrit, yang terjadi ±105.000 tahun yang lalu, yang menurut penelitian Rudy Dalimin Hadisantono (1988), volume yang dilontarkannya sebanyak 66 km3, yang mengarah ke baratlaut, selatan, dan timurlaut dari pusat letusan, menutupi kawasan seluas 200 km2 dengan rata-rata ketebalan 40 meter, seperti dapat dilihat di Ciseupan, di Campaka, Cisarua, Kampung Manglayang, Cipeusing, dll. Belum terhitung 40% dari total material gunungapi yang melayang-layang di angkasa dan jatuh di belahan bumi yang sangat jauh. Karena banyaknya material yang dikeluarkan, mengakibatkan ambruknya sebagian besar dari tubuh Gunung Sunda, membentuk kaldera seluas 6,5 x 7,5 km.
Pada letusan dahsyat fase ketiga inilah material letusan Gunung Sunda dengan seketika mengubur apa saja yang ditimpanya. Hutan belantara terkubur bersamaan dengan mahluk hidup yang ada di dalamnya seperti badak, rusa, kijang, dan lain-lain yang sedang berada di lembah Ci Tarum, yang jaraknya ±35 km. dari pusat letusan (Umbgrove dan Stehn: 1929, R.W. van Bemmelen: 1936, Th. H.F. Klompe: 1956). Arang kayu seukuran drum yang melintang serah datangnya awan panas ditemukan di penggalian pasir Ciseupan, Cibeber, Kota Cimahi.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan, letusan Gunung Sunda fase ketiga itulah yang telah mengurug Ci Tarum Purba di utara Padalarang, membentuk danau raksasa, Danau Bandung (Bandoeng) Purba. Bagian sungai ke arah hilir yang tidak tertimbun disebut Ci Meta, sungai kecil dalam lembah besar Ci Tarum Purba.
Sewa Bus Pariwisata Bandung Murah

Jadi, yang selama ini dianggap bahwa letusan Gunung Tangkubanparahu yang telah membendung Ci Tarum itu terbantahkan, karena sebelum gunung ini meletus, ada gunung yang meletus sangat dahsyat, yaitu letusan Gunung Sunda.
Dari kaldera Gunung Sunda itu kemudian lahir Gunung Tangkubanparahu. Letusan-letusannya dibagi ke dalam dua kategori letusan, yaitu: letusan Gunung Tangkubanparahu tua, antara 90.000-10.000 tahun yang lalu, yang pernah meletus sebanyak 30 unit letusan, dan letusan Gunung Tangkubanparahu muda, antara 10.000 – 50 tahun yang lalu, yang meletus 12 unit letusan.
H. Tsuya menggolongkan derajat kehebatan letusan gunungapi ke dalam 9 tingkatan, mulai dari derajat satu, yang hanya menghembuskan fumarola hingga derajat IX yang melontarkan material gunungapi lebih dari 100 km3. Bila gunungapi itu mampu melontarkan material dari tubuhnya antara 10-100 km3 dapat digolongkan mempunyai derajat kehebatan VIII. Gunung Sunda termasuk kategori ini karena pada letusan fase ketiga melontarkan material vulkanik sebanyak 66 km3. Jumlah ini sebenarnya hanya 60%-nya saja, sebab yang dihitung hanya yang mengendap di permukaan. Sedangkan yang diterbangkan ke berbagai penjuru bumi tidak dihitung, jumlahnya mencapai 40%. Bila seluruhnya dijumlahkan, kedahsyatan Gunung Sunda mendekati kategori IX.
Sebagai bandingan, letusan dahsyat Gunung Krakatau 1883 hanya melontarkan material sebanyak 18 km3, dan letusan Gunung Tambora tahun 1815 menghamburkan 150 km3, dengan derajat kehebatan IX (K. Kusumadinata, 1979).
Jadi begitu tapi ni Cuma sebagian kecil dari seluruh kisah si sangkuriangyang patah hati tapi jangan sedih ada kelanjutanya ko.





Kamis, 28 Januari 2016

Paket Wisata Alam Murah di Bandung, Objek wisata alam dibandung memilikisatu asal usul yang sama dancukup istimewa karna setiap objek wisata memilki hubungan dan saling begantung akan untuk menjaga keberadaannya, selain itu Bandung Paris Van java ya bisa dibilang Bandung merupakan kiblat fashion di Indonesia, selain itu bandung disebut juga Kota kembang melihat banyak istilah yang digunakan untuk kota Bandung, mengapa kita tidak tengok sejarah pembentukan kota kita ini. Kalo bicara Pembentukan Bandung kita akan bicara sebuah legenda,legenda Sangkuriang dan Ibunya Dayang sumbi, mungkin ini yang dibilang tak ada rotan akar pun jadi sangat cocok untuk menggambarkan bagaimana masyarakat mencatat sebuah kejadian kedalam objek yang berbeda ketika belum ditemukannya tenik menulis. Mari kita simak dulu ceritanya. Alkisah, di daerah Jawa Barat, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sungging Perbangkara. Ia sangat gemar berburu binatang di hutan. Suatu hari, seusai berburu, Prabu Sungging membuang air kecil (pipis) pada daun caring (keladi hutan). Saat ia meninggalkan tempatnya buang air kecil, tiba-tiba seekor babi yang bernama Wayungyang datang meminum air seninya yang tergenang di daun keladi itu. Rupanya air seni Prabu Sungging mengandung sperma sehingga menyebabkan Wayungyang hamil. Beberapa bulan kemudian, Wayungyang pun melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Setelah membersihkan tubuh bayi itu dengan menjilatnya, Wayungyang meletakkannya di atas batu besar di balik semak-semak, dengan harapan ayahnya (Prabu Sungging) akan menemukannya. Ternyata harapan Wayungyang tercapai. Tak berapa lama setelah ia meninggalkan bayi itu, Prabu Sungging lewat di tempat itu dan mendengar ada suara tangisan bayi dari arah semak-semak. Dengan hati-hati, Prabu Sungging berjalan perlahan-lahan mendekati sumber suara itu dan mendapati seorang bayi perempuan mungil dan berparas cantik tergeletak di atas sebuah batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia pun membawa pulang bayi itu ke istana. Sang Prabu memberinya nama Dayang Sumbi. Ia merawat dan membesarkan Dayang Sumbi dengan penuh kasih sayang. Waktu terus berjalan. Dayang Sumbi tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Selain cantik, ia juga sangat mahir menenun dan pandai memasak. Tak heran jika para raja dan pangeran silih berganti datang melamarnya. Namun, tak satu pun lamaran yang diterimanya. Ia tidak ingin terjadi pertumpahan darah di antara para raja dan pangeran tersebut dengan hanya menerima salah satu pinangan dari mereka. Akhirnya, dengan restu sang Prabu, Dayang Sumbi mengasingkan diri ke sebuah hutan lebat yang terletak jauh dari istana. Sang Prabu membuatkannya sebuah pondok di pinggir hutan dan menyiapkan alat-alat tenun kesukaannnya. Di pondok itulah, Dayang Sumbi menghabiskan waktunya sambil menenun kain. Pada suatu malam, ketika Dayang Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba segulungan benangnya terjatuh dan berguling ke luar pondoknya. Karena malam sudah larut, ia merasa takut untuk mengambil gulungan kain itu. Tanpa disadarinya tiba-tiba terlontar ucapan dari mulutnya. “Siapapun yang mau mengambilkan benang itu untukku, jika dia perempuan akan kujadikan saudara, dan jika dia laki-laki akan kujadikan suamiku,” ucapnya. Tanpa diduga sebelumnya, tiba-tiba seekor anjing jantan berwarna hitam datang menghampirinya sambil membawa gulungan benang miliknya. Namun, apa hendak dikata, ia sudah terlanjur berucap. Ia harus menepati janjinya. “Baiklah, Anjing. Aku akan mempertanggung jawabkan ucapanku. Meskipun kamu seekor anjing, aku tetap bersedia menjadi istrimu,” kata Dayang Sumbi. Mendengar perkataan Dayang Sumbi, anjing hitam itu tiba-tiba menjelma menjadi seorang pemuda yang sangat tampan. Dayang Sumbi sangat terkejut dan heran menyaksikan kejadian itu. “Hei, kamu siapa dan dari mana asal-asulmu?” tanya Dayang Sumbi penasaran. “Maaf, Tuan Putri! Saya adalah titisan Dewa,” jawab pemuda itu. Akhirnya, Dayang Sumbi dan pemuda tampan itu saling jatuh dan menikah. Keduanya bersepakat untuk merahasiakan hubungan mereka kepada siapa pun, termasuk kepada Prabu Sungging Perbangkara. Sejak saat itu, ke mana pun Dayang Sumbi pergi, ia selalu ditemani oleh suaminya. Dayang Sumbi memanggilnya dengan si Tumang. Setelah setahun menikah, mereka pun dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan. Mereka memberinya nama Sangkuriang. Beberapa tahun kemudian, Sangkuriang tumbuh menjadi anak yang rajin dan pandai. Setiap hari, ia ditemani si Tumang pergi ke hutan untuk berburu rusa dan mencari ikan di sungai. Namun, ia tidak menyadari bahwa anjing yang selalu menenaminya itu adalah ayah kandungnya sendiri. Pada suatu hari, Sangkuriang pergi berburu rusa ke tengah hutan. Hari itu, ia sangat berharap bisa mendapatkan hati seekor rusa untuk dipersembahkan kepada ibunya. Sudah hampir seharian ia berburu, namun tak seekor binatang buruan pun yang menampakkan diri. Sangkuriang pun mulai kesal dan memutuskan untuk berhenti berburu. Ketika akan pulang ke pondoknya, tiba-tiba seekor rusa berlari melintas di depannya. Ia pun segera memerintahkan si Tumang untuk mengejarnya. “Tumang! Ayo kejar rusa itu!” seru Sangkuriang. Beberapa kali Sangkuriang berteriak menyuruhnya, namun si Tumang tetap tidak beranjak dari tempatnya. Ia pun semakin kesal melihat kelakuan si Tumang. “Hei, Tumang! Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu tidak mau menuruti perintahku?” bentak Sangkuriang sambil mengancam si Tumang dengan panahnya. Tanpa disadarinya, tiba-tiba anak panahnya terlepas dari busurnya dan tepat mengenai kepala si Tumang. Anjing itu pun tewas seketika. Sangkuriang kemudian mengambil hati si Tumang untuk dipersembahkan kepada ibunya. Sesampainya di pondok, ia menyerahkan hati itu kepada ibunya untuk dimasak. Setelah menyantap hati itu, tiba-tiba Dayang Sumbi teringat pada si Tumang. Ia pun menanyakan keberadaan si Tumang. “Mana si Tumang? Bukankah tadi dia pergi bersamamu?” tanya Dayang Sumbi dengan cemas. “Maaf, Bu! Saya telah membunuhnya. Hati yang ibu makan itu adalah hati si Tumang,” jawab Sangkuriang dengan tenang, tanpa merasa bersalah sedikit pun. Seketika itu pula Dayang Sumbi menjadi murka. Ia sangat marah karena Sangkuriang telah membunuh ayah kandungnya sendiri. “Apa katamu? Kamu telah membunuhnya? Dasar anak tidak tahu diri!” seru Dayang Sumbi seraya memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi hingga berdarah dan meninggalkan bekas. Sambil menangis tersedu-sedu, Sangkuriang berusaha untuk membela diri. Ia merasa bahwa dirinya tidak bersalah. Ia melakukan semua itu tidak lain hanya untuk menyenangkan hati ibunya. Akan tetapi, Dayang Sumbi menganggap dia telah melakukan kesalahan besar, karena membunuh ayah kandungnya sendiri. Namun, Dayang Sumbi tidak mau menceritakan hal itu kepada Sangkuriang, karena takut rahasianya terbongkar. Merasa ibunya tidak lagi sayang kepadanya, Sangkuriang pun pergi mengembara dengan menyusuri hutan belantara. Sejak itu, Dayang Sumbi selalu duduk termenung. Ia merasa sangat menyesal telah memukul dan membiarkan putranya pergi meninggalkannya. Setiap malam ia berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar ia dapat bertemu kembali dengan putranya. Berkat ketekunannya, Tuhan pun mengambulkan doanya. Tuhan memberinya kecantikan yang abadi agar wajahnya tidak berubah termakan oleh usia, sehingga putranya masih dapat mengenalinya. Sementara itu di di tengah hutan belantara, Sangkuriang berjalan sempoyongan sambil memegang kepalanya yang terluka. Karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit, akhirnya ia jatuh pingsan. Cukup lama ia tidak sadarkan diri. Betapa terkejutnya ketika ia tersadar. Ia melihat seorang tua laki-laki yang tidak pernah ia lihat sebelumnya sedang duduk di sampingnya. “Kakek siapa? Aku ada di mana?” tanya Sangkuriang heran. “Tenanglah, Anak Muda! Kakek adalah seorang pertapa. Nama Kakek Ki Ageng. Kakek menemukanmu sedang pingsan dan terluka parah di tengah hutan. Kamu sekarang berada di dalam gua tempat Kakek bertapa,” jawab orang tua itu. Kemudian Ki Ageng menanyakan tentang asal-usul Sangkuriang. Namun, Sangkuriang tidak bisa lagi mengingat masa lalunya. Bahkan namanya sendiri pun ia lupa. Akhirnya, Ki Ageng memanggilnya Jaka. Ki Ageng merawat Jaka sampai lukanya sembuh dan mengajarinya ilmu bela diri dan kesaktian. Setelah beberapa tahun berguru kepada Ki Ageng, Sangkuriang pun tumbuh menjadi pemuda yang tampan dan sakti mandraguna. Dengan kesaktiannya, ia dapat memanggil serta memerintahkan makhluk-makhluk halus. Pada suatu hari, Jaka meminta izin kepada gurunya untuk pergi mencari tahu masa lalunya. Setelah mendapat restu dari Ki Ageng, berangkatlah ia menyurusi hutan. Ia berjalan mengikuti ke mana pun kakinya melangkah hingga akhirnya menemukan sebuah gubuk di tepi hutan. Karena merasa sangat haus, ia pun mampir di pondok itu untuk meminta air minum. Rupanya, penghuni pondok itu adalah seorang wanita cantik jelita yang tidak lain adalah Dayang Sumbi. Saat pertama kali melihat wajah wanita itu, Jaka tiba-tiba teringat kepada ibunya. Namun, ia tidak yakin kalau wanita itu adalah ibunya, karena sudah sekian lama mereka berpisah dan tentu wajahnya tidak akan secantik itu. Begitupula Dayang Sumbi, ia tidak pernah mengira kalau Jaka itu adalah putranya. Akhirnya, keduanya pun saling jatuh cinta dan bersepakat untuk menikah. Keesokan harinya, saat akan berangkat berburu ke hutan, Jaka meminta calon istrinya untuk mengencangkan dan merapikan ikat kepalanya. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi ketika sedang merapikan ikat kepala Jaka. Ia melihat ada bekas luka di kepala Jaka. Bekas luka itu mirip dengan bekas luka yang ada di kepala putranya yang terkena pukulannya dua puluh tahun yang lalu. Dayang Sumbi pun menanyakan tentang penyebab bekas luka itu kepada Jaka. “Kenapa ada bekas luka di kepalamu, Jaka?” tanya Dayang Sumbi. Jaka tidak bisa mengingat penyebab bekas luka yang ada di kepalanya. Ia hanya menceritakan kepada Dayang Sumbi bahwa ada seorang pertapa menemukan dirinya sedang pingsan dan terluka parah di tengah hutan. Mendengar cerita itu, maka yakinlah Dayang Sumbi bahwa calon suaminya itu adalah putranya sendiri, Sangkuriang. Dayang Sumbi pun bingung. Ia tidak mungkin menikah dengan putranya sendiri. Ia berusaha untuk meyakinkan Sangkuriang bahwa dia adalah putranya. Untuk itu, ia meminta kepada putranya agar membatalkan pernikahan mereka. Namun, Sangkuriang tidak percaya pada kata-kata ibunya. Hatinya sudah terbelenggu oleh rasa cinta dan bersikeras ingin menikahi Dayang Sumbi. Melihat sikap putranya itu, Dayang Sumbi semakin bingung dan ketakutan. Setiap hari ia berpikir untuk mencari cara agar pernikahan mereka dibatalkan. Setelah berpikir keras, akhirnya ia pun menemukan sebuah cara. Ia akan mengajukan dua syarat kepada Sangkuriang. Jika kedua syarat tersebut dapat dipenuhi oleh Sangkuriang, maka ia akan menikah dengannya. Sebaliknya, jika Sangkuriang gagal, maka pernikahan mereka pun dibatalkan. Suatu malam, Dayang Sumbi menyampaikan kedua syarat itu kepada Sangkuriang. “Jika kamu bersikeras ingin menikahiku, kamu harus memenuhi dua syarat,” kata Dayang Sumbi. “Apakah syaratmu itu, Dayang Sumbi? Katakanlah!” desak Sangkuriang. “Kamu harus membuatkan aku sebuah danau dan sebuah perahu. Tapi, danau dan perahu itu harus selesai sebelum fajar menyingsing di ufuk timur,” jawab Dayang Sumbi. “Baiklah, Dayang Sumbi! Saya menyanggupi semua syaratmu,” jawab Sangkuriang dengan penuh keyakinan. Dengan kekuatan cinta dan kesaktiannya, Sangkuriang pun segera memanggil dan mengerahkan seluruh pasukannya yang berupa makhluk-makhluk halus untuk membantu menyelesaikan tugasnya. Setelah pasukannya siap, mereka pun menggali tanah dan menyusun batu-batu besar untuk membendung aliran air Sungai Citarum sehingga membentuk sebuah danau. Kemudian mereka menebang kayu-kayu besar untuk dibuat perahu. Saat tengah malam, Dayang Sumbi secara diam-diam mengintai pekerjaan Sangkuriang dan pasukannya. Betapa terkejutnya ia ketika melihat mereka hampir menyelesaikan semua permintaannya. Dayang Sumbi pun gusar. Ia segera berlari ke desa terdekat untuk meminta bantuan kepada masyarakat agar menggelar kain sutra berwarna merah di arah sebelah timur tempat Sangkuriang dan pasukannya bekerja. Tak berapa lama setelah kain sutra hasil tenunan Dayang Sumbi digelar, tampaklah cahaya berwarna kemerahan di arah timur sehingga seolah-olah hari sudah pagi. Ayam jantan pun mulai berkokok saling bersahut-sahutan. Para makhlus halus yang melihat cahaya merah dan mendengar suara ayam berkokok mengira hari sudah pagi. Mereka pun segera melarikan diri dan meninggalkan perahu yang hampir selesai. Saat mengetahui dirinya diperdaya oleh Dayang Sumbi, Sangkuriang menjadi murka. Dengan kesaktiannya, ia menjembol bendungan yang sudah dibuat bersama pasukannya, sehingga terjadilah banjir besar. Kemudian ia menendang perahu yang hampir selesai hingga terbang melayang dan jatuh menelungkup. Konon, perahu itu kemudian menjelma menjadi sebuah gunung yang kini dikenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu. Tangkuban perahu dalam bahasa Sunda berarti perahu yang terbalik. Nah mari kita tengok hasil risetnya. Tahun 90-an, Dam dan Suparan (1992) dari Direktorat Tata Lingkungan Departemen Pertambangan mengungkapkan sejarah geologi dataran tinggi Bandung. Penelitian ini menggunakan teknologi canggih seperti metoda penanggalan pentarikhan radiometri dengan isotop C-14 dan metode U/Th disequilibirum. Dam melakukan pengamatan terhadap perlapisan endapan sedimen Danau Bandung dari 2 lubang bor masing-masing sedalam 60 m di Bojongsoang dan sedalam 104 m di Sukamanah; melakukan pentarikhan dengan metoda isotop C-14 dan 1 metoda U/Th disequilibirum; dan pengamatan singkap dan bentuk morfologi di sekitar Bandung. Berbeda dengan Sunardi (1997) yang mendasarkan penelitiannnya atas pengamatan paleomagnetisme dan pentarikhan radiometri dengan metode K-Ar. Simpulan penting adalah bahwa pentarikhan kejadian-kejadian ini jauh lebih tua daripada diperkirakan oleh van Bemmelen (1949), kecuali periode pembentukan Gunung Sunda Purba serta kejadian-kejadian sebelumnya. Keberadaan danau purba Bandung dapat dipastikan, bahkan turun naiknya muka air danau, pergantian iklim serta jenis floranya dapat direkam lebih baik (van der Krass dan Dam, 1994). Hasil yang diperoleh, pembentukan danau Bandung bukan disebabkan oleh suatu peristiwa ledakan Gunung Sunda atau Tangkuban Parahu, tetapi mungkin karena penurunan tektonik dan peristiwa denudasi dan terjadi pada 125 KA (kilo-annum/ribu tahun) yang lalu (Dam et al, 1996). Keberadaan Gunung Sunda Purba dipastikan antara 2 juta sampai 100 juta tahun yang lalu berdasarkan pentarikhan batuan beku aliran lava, antara lain di Batunyusun timur laut Dago Pakar di Pulasari Schol (1200 juta tahun), Batugantung Lembang 506 kA (ribu tahun) dan di Maribaya (182 dan 222 kA). Memang suatu erupsi besar kataklismik (cataclysmic) terjadi pada 105 ribu tahun yang lalu, berupa erupsi Plinian yang menghasilkan aliran besar dari debu panas yang melanda bagian baratlaut Bandung dan membentuk penghalang topografi yang baru di Padalarang, yang mempertajam pembentukan danau Bandung. Erupsi besar ini diikuti dengan pembentukan kaldera atau runtuhnya Gunung Sunda yang diikuti lahirnya Gunung Tangkuban Parahu beberapa ratus atau ribu kemudian, yang menghasilkan aliran lava di Curug Panganten 62 ribu tahun yang lalu, sedangkan sedimentasi di danau Bandung berjalan terus. Suatu ledakan gunung api cataclysmic kedua terjadi anatara 55 dan 50 ribu tahun yang lalu, juga berupa erupsi Plinian dan melanda Bandung barat laut, sedangkan aliran-aliran lava di Curug Dago dan Kasomalang (Subang), terjadi masing-masing 41 dan 39 ribu tahun yang lalu. Sementara itu, sedimentasi di Danau Bandung berjalan terus, antara lain pembentukan suatu kipas delta purba yang kini ditempati oleh Kota Bandung pada permukaan danau tertinggi. Akhir dari Danau Bandung pun dapat ditentukan pentarikhannya yaitu 16 ribu tahun yang lalu. Meneropong Gunung Tangkuban Perahu memakai Teleskop Bumi sangat mengasikkan, kita bisa melihat alur-alur lembah nan hijau dengan sangat jelas. “Wow !” deretan pohon Pinus berjajar di sisi hamparan kebun Teh yang terhampar luas bak permadani yang sangat indah. Gunung Tangkuban Perahu memang unik bentuknya, seperti sebuah perahu raksasa tapi dengan posisi tertelungkup. “Kira-kira seberapa panjang dan lebarnya ya ?” yang pasti sangat besar. Kalau sebesar itu perahunya tentu yang membuatnya dahulu adalah seorang Satria yang Sakti Mandraguna. Bisa kita bayangkan suasana zaman dahulu itu seperti apa ya ? Tentu kalian ingin mengetahui lebih jauh bukan, untuk itu kita simak kisah serunya : Sebenarnya Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu Sisa letusan gunung purba yang sangat besar kala itu. Gunung itu dahulu disebut Gunung Sunda yang meletus pertama kali sekitar 105.000 tahun yang lalu. Sekitar 55.000 sampai 50.000 tahun yang lalu Gunung Sunda meletus untuk keduakalinya, nah letusan yang kedua ini menjadikan Gunung Sunda terpecah menjadi tiga Gunung yang lebih kecil, Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Burangrang dan Gunung Bukittunggul. Tahukah kalian bahwa saat itu dataran Gunung Sunda Purba telah dihuni oleh manusia purba. Homo Sapiens dan Manusia Jawa (Wajak) yang hidup antara 50.000 sampai 62.000 tahun yang lalu, katanya merekalah yang tinggal di lereng dan lembah Gunung Sunda purba. Apakah ada kaitannya dengan nama suku di Jawa Barat yaitu suku Sunda ? Teman-teman, Sunda sebenarnya berasal dari kata “Su” yang berarti abadi atau sejati, “Na” yang berarti api dan “Da” yang berarti besar atau agung. Sunda berarti “Api Abadi yang Agung” tak lain adalah Matahari sebagai penyokong kehidupan manusia. Matahari adalah lambang Hyang agung yang berada di langit. Banyak yang menamakan Sunda sebagai : pemberi kehidupan, Hyang Manon (di Mesir), Guru Hyang, Guring (Sangkuriang), Su-ra. Sunda zaman dahulu adalah sebuah ajaran agama yaitu agama Matahari. Konon di tatar Jawa Barat Agama Sunda pertama dianut manusia yang selanjutnya berkembang ke Mesir dan berbagai benua kala itu. Kita mengenal sekarang suku Sunda tinggal di bumi Parahyangan, “Pa” berarti tempat, “Ra” berarti Matahari dan “Hyang” berarti leluhur, jadi “Parahyangan” berarti “Tempat Para Leluhur”. Agama Sunda saat itu mengajarkan cinta kasih dan rasa syukur berterima kasih atas karunia, oleh karena itu Agama Sunda mengajarkan diadakan upacara Bende-Ra (Panji Matahari) yang disertai sesajian kepada Sang Hyang (para leluhur). Penghormatan kepada Matahari mereka simbolkan pada bangunan unik seperti Pepunden Berundak, Candi, Pyramid, obelish yang semua puncak bangunannya menunjuk ke atas yaitu Matahari. Bahkan dalam upacara tersebut juga sering dibuat Sang-Hu-Tumpeng, yaitu nasi yang dibentuk kerucut lancip keatas yang juga menghormati Matahari. Jadi Sunda awalnya adalah Agama Matahari tertua di bumi teman-teman, bukan suku atau ras manusia. Sopan-santun juga adalah salah satu ajaran Agama Sunda. Bukankah suku Sunda sangat terkenal dengan keramahan dan sopan-santunnya teman-teman ! Itulah sisa-sisa Agama Sunda Purba yang masih dipegang sebagai taradisi budaya mereka. Kembali ke Gunung Sunda Purba, Gunung tersebut dahulu berada disisi Danau yang sangat luas. Danau yang luas itu tentu juga sangat dalam. Danau itu memang ada lo ! Bukti yang masih bisa kita lihat bersama adalah adanya Gunung-Gunung Kapur di daerah Padalarang sebelah Barat Bandung. Kapur itu terbentuk dari cangkang hewan-hewan air yang bertumpuk dan mengendap selama ribuan tahun. Dari Padalarang melewati Cianjur hingga ke Sukabumi banyak ditemukan fosil-fosil hewan laut, karena memang Danau Purba itu dahulu mengalir melewati daerah-daerah tersebut menuju lautan Pelabuhanratu Sukabumi. Danau itu terbentuk sekitar 125.000 tahun yang lalu dan mengering 16.000 tahun yang lalu. Sudah lama sekali ya ! Setelah Gunung Sunda meletus dan salah satunya menyisakan Gunung Tangkuban Perahu, pantas jika ada perahu terbalik di tepi Danau bukan ? Nah ada Legenda lama yang turun-temurun telah diceritakan di tengah-tengah masyarakat Sunda, Legenda Sangkuriang. Tentu kalian telah atau sering mendengar kisahnya, sepertinya antara Gunung Tangkuban Perahu dan Sangkuriang tidak bisa dipisahkan dalam Legenda itu. Melihat cerita diatas legenda sangkuriang menyiratkan sebuah fakta akan terbentuknya suatu wilayah bukan.

Rabu, 20 Januari 2016

sewa bus pariwisata dengan destinasi ibukota negara kita jakarta masih didominasi oleh wisatawan domestik, selain itu kebanyakan warga negara asing rupanya masih belum banyak mengetahui kota jakarta, jadi jakarta kalah pamor dengan bali, padahal fasilitas untuk para wisatawan dsana sangat kmplit, nah maka dari itu kami megatransindonesia.com yang siap selalu menyuguhkan informasi-informasi yang dapat membantu para wisatawna yang hendak kejakarta untuk saat ini kami list hotel dijakarta


No. Nama Hotel Bintang Alamat Hotel di Jakarta No. Telepon Hotel
1 The Sultan Hotel  5 Jl. Jend. Gatot Subroto 021-5773600
2 The Ritz-Carlton Jakarta  5 Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E1 No. 1 021-25518888
3 The Park Lane  5 Jl. Casablanca Kav. 18, 021-8282000
4 The Dharmawangsa  5 Jl. Brawijaya Raya No. 26, 021-7258181
5 The Aryaduta Suite Hotel Semanggi  5 Jl. Garnisun Dalam 8, 021-2515151
6 Sheraton Media  5 Jl. Gunung Sahari Raya No. 3, 021-6263001
7 Shangri-La Jakarta  5 Kota BNI, Jl. Jend Sudirman Kav. 1, 021-5707440
8 Sari Pan Pacific  5 Jl. MH. Thamrin, 021-3902707
9 Santika Jakarta  5 Jl KS. Tubun No. 7 – Slipi, 021-5330350
10 Sahid Jaya Jakarta  5 Jl. Jend. Sudirman No. 86, 021-5704444
11 Nikko Jakarta  5 Jl. MH. Thamrin No. 59, 021-2301122
12 Mulia  5 Jl. Asia Afrika, 021-5747777
13 Millennium Sirih  5 Jl. KH. Fakhrudin No. 3, 021-2303636
14 Mercure Slipi  5 Jl. Letjend. S. Parman, 021-5641555
15 Manhattan Hotel  5 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 19 021-52961188
16 Le Meridien  5 Jl. Jend. Sudirman Kav. 18 – 20, 021-2513131
17 JW Marriott Hotel  5 Jl. Lingkar Mega Kuningan Kav. E 1.2, No. 1 & 2, 021-57988888
18 Inter-Continental MidPlaza  5 Jl. Jend. Sudirman Kav. 10 – 11, 021-2510888
19 Hotel Indonesia Kempinski Jakarta  5 Jl. MH. Thamrin No. 1, 021-23583800
20 Grand Hyatt  5 Jl. MH. Thamrin Kav. 28 – 30, 021-3901234
21 Gran Melia Jakarta  5 Jl. HR. Rasuna Said Kav. X-O, 021-5268080
22 Four Seasons  5 Jl. HR. Rasuna Said, 021-2523456
23 Crowne Plaza  5 Jl. Gatot Subroto Kav. 2 – 3, 021-5268833
24 Borobudur Hotel  5 Jl. Lapangan Banteng Selatan, 021-3805555
25 Alila Jakarta  5 Jl. Pecenongan Kav. 7 – 17, 021-2316008
26 Alila Jakarta  5 Jl. Prapatan 44 – 48, 021-2311234
27 Puri Denpasar Hotel – Jakarta  4 Jl. Denpasar Selatan No.1, Kuningan – Jakarta Selatan 021-527 5542 Fax. 021-5275543
28 Mercure Rekso  4 Jl. Hayam Wuruk No. 123, 021-6248680
29 Mercure Convention Center  4 Taman Impian – Ancol, 021-6406000
30 Menara Peninsula  4 Jl. Letjend. S. Parman Kav. 78, 021-5350888
31 Le Grandeur  4 Jl. Mangga Dua Raya, 021-6128811
32 Kartika Chandra  4 Jl. Gatot Subroto Kav. 18 – 20, 021-5251008
33 Kaisar  4 Jl. PLN – Duren Tiga Raya, 021-79183601
34 Jayakarta Hotel  4 Jl Hayam Wuruk No. 126, 021-6496760
35 Gran Mahakam  4 Jl. Mahakam I No. 6, 021-7209966
36 Golden  4 Jl. Gunung Sahari No. 46, 021-6263001
37 Ciputra  4 Jl. Letjend. S. Parman, 021-5660640
38 Cempaka  4 Jl. Letjend. Suprapto, 021-4260066
39 Batavia Hotel  4 Jl. Kalibesar Barat No. 44 – 46, 021-6907926
40 Atlet Century Park  4 Jl. Pintu Satu Senayan, 021-5712041
41 Aston Rasuna Residence  4 Taman Rasuna - Jl. HR. Rasuna Said, 021-9392314
42 Aston Atrium Hotel  4 Jl. Senen Raya No. 135, 021-3442828
43 Ambhara  4 Jl. Iskandarsyah Raya, 021-7200800
44 Acacia  4 Jl. Kramat Raya No. 73 – 81, 021-3903030
45 Wisata International  3 Jl. MH. Thamrin, 021-2300406
46 Willtop  3 Jl. P. Jayakarta No. 44, 021-6287888
47 Twin Plaza  3 Jl. Letjend. S. Parman, 021-56960888
48 Treva International  3 Jl. Menteng Raya No. 33, 021-31900240
49 Sentral  3 Jl. Pramuka Raya Kav. 63 – 64, 021-4225511
50 Patra jasa  3 Jl. Jend. A. Yani No. 2, 021-4240608
51 Pardede  3 Jl. Raden Saleh I No. 9, 021-323868
52 Paragon  3 Jl. KH. Wahid Hasyim No. 29, 021-3917070
53 Marcopolo  3 Jl. Teuku Cik Ditiro No. 19, 021-2301777
54 Maharani  3 Jl. Mampang Prapatan – Buncit Raya., 021-79183855
55 Sabang Metropolitan  3 Jl. H. Agus Salim No. 11, 021-344030
56 Quality Hotel Jakarta  3 Jl. P. Jayakarta No. 70, 021-6013888
57 Putri Duyung  3 Taman Impian – Ancol,Jl. Lodan Timur No. 7, 021-2601680
58 Ibis Slipi  3 Jl. Letjend. S. Parman Kav. 59, 021-5331560
59 Ibis Mangga Dua  3 Jl. P. Jayakarta No. 73, 021-6250101
60 Ibis Kemayoran  3 Jl. Bungur Besar Raya 79 – 81, 021-4210111
61 Grand Ancol  3 Jl. RE. Martadinata No. 1, 021-6916009
62 Graha Menteng  3 Jl. Matraman Raya 21, 218509672
63 Gading Indah  3 Jl. Pegangsaan Dua No. 10 - K, 021-4604283
64 Emeralda  3 Jl. Kebon Jeruk XVIII/6, 021-6008262
65 Danau Sunter  3 Jl. D. Permai Raya Blok C-1, 021-659969
66 Classic  3 Jl. H. Samanhudi 43 - 45, 021-3852000
67 Maharadja  3 Jl. Kapten P. Tendean No. 1, 021-79180044
68 Kemang Hotel  3 Jl. Kemang Raya No. 2 – H, 021-7194121
69 Kebayoran Hotel  3 Jl. Senayan 87 – Kebayoran Baru, 021-7246208
70 Ibis Tamarin  3 Jl. KH. Wahid Hasyim No. 77, 021-3912323
71 Cipta 2  3 Jl. Mampang Prapatan 1 A, 021-7901340
72 Cikini Sofyan  3 Jl. Cikini Raya, 021-314069
73 Cemara  3 Jl. Cemara No. 1, Menteng, 021-3149985
74 Bumi Karsa Bidakara  3 Jl. Gatot Subroto Kav. 71 - 73, 021-83793555
75 Bintang Griyawisata  3 Jl. Raden Saleh No. 16, 021-3922566
76 Betawi Sofyan  3 Jl. Cut Mutiah, 021-3905011
77 Alpine  3 Jl. Gunung Sahari Raya 35, 021-6283833
78 Arcadia  3 Jl. KH. Wahid Hasyim 114, 021-2300050
79 Surya Baru  2 Jl. Batu Ceper No. 11A, 021-3861084 Fax 021-3101091
80 Surya  2 Jl. Batu Ceper No. 44 – 46, 021-3781084
81 Sriwijaya  2 Jl. Veteran Raya No. 1, 021-3440409
82 Setiabudi Hotel  2 Jl. Setiabudi Raya No. 24, 021-5254640
83 Sanno  2 Jl. Pluit Raya Selatan, 021-6606060
84 Royal Regal  2 Jl. Mangga Besar VII / 25 – 27, 021-6260868
85 Royal  2 Jl. Ir. H. Juanda, 021-3804301
86 Prinsen Park  2 Jl. Mangga Besar IX/ 83 – 85, 021-6289101
87 Pecenongan City  2 Jl. H. Samanhudi No. 2, 021-3853583
88 Nirwana  2 Jl. Otto Iskandardinata, 021-8191708
89 Metropole  2 Jl. Pintu Besar Selatan No. 38, 021-6911921
90 Menteng II  2 Jl. CIkini Raya 103, 021-3255430.
91 Menteng I  2 Jl. RP. Suroso No. 28, 021-325543
92 Melawai Hotel  2 Jl. Melawai Raya No. 18 – 20, Tel: 62-21 270 0408 Tidak Ada No. Telp
93 Luxe Hotel  2 Jl. KH Wahid Hasyim No. 85 Jakarta Pusat 10350 021-31903839 - 46
94 Jatra Hotel  2 Jl. Bandengan Raya, Jakarta Utara. Tidak Ada No. Telp
95 Indra International  2 Jl. KH. Wahid Hasyim No. 63, Tel: 62-21 315 2858 021-3152858
96 Imperium Hotel  2 Jl. Pecenongan Raya, Jakarta Pusat, Tel: 62-21 344 8601 021-3448601
97 Gren Alia Cikini  2 Jl. Cikini Raya No. 46, 021-3203000
98 Djakarta  2 Jl. Hayam Wuruk No. 35, 021-3213709
99 Dias Hotel  2 Jl. Kran V / 20 Jakarta Pusat, 021-4209677
100 Bumi Johar  2 Jl. Johar No. 17 – 19, 021-3145746
101 Atlantik  2 Jl. Salemba Raya No. 26, 021-3146123
102 Astika  2 Jl. Mangga Besar Raya 76, 021-6241188
103 Alia Pasar Baru  2 Jl. Pasar Baru Selatan No. 13, 021-3451920
104 Alia Matraman  2 Jl. Matraman Raya No. 224, 021-8507777
105 Alia Cikini  2 Jl, Cikini Raya No. 32, 021-3164444
106 Yusenny  1 Jl. Senayan Kebayoran Baru, 021-7206565
107 Tugu Asri  1 Jl. Jatibaru No. 7 – 8, 021-326292
108 Travel  1 Jl. Mangga Besar VIII / 21, 021-6212721
109 Titanius (Taurus)  1 Jl. Kebon Sirih Barat Dalam I / 11, 021-3231135
110 Tiga Enam (36)  1 Jl. Jaksa No. 36, 021-3142260
111 Tebet Sofyan  1 Jl. Prof. DR. Supomo No. 23, 021-8295691
112 Tator  1 Jl. Jaksa No. 37, 021-323940
113 Senen Indah  1 Jl. Bungur Besar No. 157, 021-42874444
114 Salemba Indah  1 Jl. Paseban No. 20 A – B, 021-3103503.
115 Rose Marla  1 Jl. Kb. Sirih Barat Dalam IX / 8, 021-3140260
116 Rifa  1 Jl. Kebon Sirih Barat Dalam, Jakarta Pusat. NULL
117 Rico  1 Jl. Kebon Sirih Dalam 51, Jakarta Pusat.
118 Rensa Sofyan  1 Jl. Duren Sawit Raya No. 108, 021-8602909
119 Prapanca Indah  1 Jl. Prapanca Raya No. 30 – 31, 021-7262603
120 Pondok Wisata 16  1 Jl. Kebon Sirih Barat Dalam 16, 021-326747
121 Petamburan II  1 Jl. KS Tubun No. 10A, 021-5632222
122 Petamburan Hotel  1 Jl. KS Tubun No. 15 – 17, 021-5709251
123 Peninsula  1 Jl. Mangga Besar Raya 60, 021-6260358
124 Pendawa  1 Jl. Kebon Sirih Dalam X / 16, 021-335609
125 Pasar Baru Hotel  1 Jl. Pasar Baru Selatan No. 6, 021-3450280
126 Nusantara  1 Jl. KH. Mas Mansyur No. 36, 021-3140307
127 Norbek  1 Jl. Jaksa No. 14, 021-330392
128 Nick Corner  1 Jl. Jaksa No. 16, 021-3141988
129 New Melati Harmoni  1 Jl. Hayam Wuruk No. 1, 021-3811381
130 Mirah  1 Jl. Gunung Sahari XII / 18, 021-6598250
131 Megah International  1 Jl. Bungur Besar Raya 31, 021-4259780
132 Mega Matra  1 Jl. Matraman Raya No. 115, 021-8566355
133 Margot  1 Jl. Jaksa No. 15 C, 021-3913830
134 Lia  1 Jl. Kebon Sirih Barat VIII / 47, 021-3162708
135 Kresna  1 Jl. Kebon Sirih Timur No. 175, 021-325403
136 Kebon Sirih  1 Jl. Kebon Sirih Barat I / 10, 021-3142526
137 Karya Bahana  1 Jl. Jaksa No. 32 – 34, 021-3140484
138 Grand Paripurna  1 Jl. Hayam Wuruk No. 25, 021-3809189
139 GRAHA WISATA TMII, Komp. TMII  1 Komp. Taman Mini Indonesia Indah 021-8400418, 8409288, 840928
140 GRAHA WISATA RAGUNAN  1 Komp. Olahraga Jaya Raya Ragunan 021-7806540
141 GRAHA WISATA KUNINGAN  1 Jl. HR. Rasuna Said Kuningan 021-5256922, 5229594
142 Esha  1 Jl. Kebon Sirih Barat X / 4, 021-3902944
143 Djody  1 Jl. Jaksa No. 27 – 29, 021-3905977
144 Destania  1 Jl. Kebon Sirih Barat IX / 19, 021-3915530
145 Delima  1 Jl. Jaksa No. 5, 021-3923850
146 Borneo  1 Jl. Kebon Sirih Barat Dalam 37, 021-3378735
147 Bloom Steen  1 Jl. Kebon Sirih Timur Dalam 174, 021-323002
148 Bintang Kejora  1 Jl. Kebon Sirih Barat No 52, 021-323878
149 Bintang Baru  1 Jl. Dr. Sutomo No. 9, 021-3515533
150 Banyuwangi Sintera  1 Jl. H. Samanhudi No. 30 – 40, 021-3857551